Langsung ke konten utama

Menciptakan visi bersama untuk membangun budaya positif

 

Langkah pertama dalam menerapkan pendekatan disiplin positif adalah mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah. Daripada berfokus pada masalah dan perilaku buruk, ada baiknya Anda mulai dengan melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah. Ini memberikan landasan untuk membangun visi bersama bagi komunitas sekolah yang berpusat pada diri murid dan pemberdayaannya.

Langkah untuk mendukung pemikiran dasar ini adalah memutuskan pihak yang dapat Anda ajak diskusi mengenai cara bagaimana sekolah dapat membawa visi tersebut menjadi kenyataan.

Visi yang dikembangkan harus mendukung hal-hal berikut ini:
  1. Penciptaan lingkungan belajar yang ramah murid di mana peserta didik, pendidik, dan orang tua merasa dihargai dan didukung; serta di mana peserta didik merasa bebas untuk mengekspresikan pandangan mereka dan didorong penuh untuk mencapai potensi yang mereka miliki.
  2. Pengajaran dan penguatan positif yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan peduli.
  3. Strategi untuk mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima yang melibatkan semua pemain peran yaitu, pendidik, orang tua, pelajar dan manajemen sekolah

Asumsi guru dalam mengajar tentu berkaitan dengan perilaku yang ditampilkan oleh murid kita. Di bawah ini mari kita lihat hubungan perilaku sebagai wujud akhir dari pikiran dan perasaan yang dimiliki oleh murid



1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Kritis tentang Budaya Positif

Menciptakan visi bersama untuk membangun budaya positif

Langkah pertama dalam menerapkan pendekatan disiplin positif adalah mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah. Daripada berfokus pada masalah dan perilaku buruk, ada baiknya Anda mulai dengan melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah. Ini memberikan landasan untuk membangun visi bersama bagi komunitas sekolah yang berpusat pada diri murid dan pemberdayaannya.

Langkah untuk mendukung pemikiran dasar ini adalah memutuskan pihak yang dapat Anda ajak diskusi mengenai cara bagaimana sekolah dapat membawa visi tersebut menjadi kenyataan.

Visi yang dikembangkan harus mendukung hal-hal berikut ini:
  1. Penciptaan lingkungan belajar yang ramah murid di mana peserta didik, pendidik, dan orang tua merasa dihargai dan didukung; serta di mana peserta didik merasa bebas untuk mengekspresikan pandangan mereka dan didorong penuh untuk mencapai potensi yang mereka miliki.
  2. Pengajaran dan penguatan positif yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan peduli.
  3. Strategi untuk mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima yang melibatkan semua pemain peran yaitu, pendidik, orang tua, pelajar dan manajemen sekolah

Asumsi guru dalam mengajar tentu berkaitan dengan perilaku yang ditampilkan oleh murid kita. Di bawah ini mari kita lihat hubungan perilaku sebagai wujud akhir dari pikiran dan perasaan yang dimiliki oleh murid


Ketika tampaknya seorang murid telah melakukan kesalahan, tantangan pertama adalah untuk memahami alasan perilaku murid, dan untuk mengevaluasi apakah perilaku tersebut benar-benar layak mendapat tanggapan disiplin. Seringkali perilaku buruk dihasilkan dari faktor-faktor di luar kendali anak, seperti masalah transportasi, dan mendisiplinkan murid tidak akan menghilangkan perilaku itu. Di lain waktu,  murid membuat pilihan yang buruk berdasarkan kepercayaan yang salah. Misalnya, terkadang  murid tidak berusaha datang tepat waktu ke sekolah karena mereka tidak percaya bahwa ketepatan waktu itu penting. Keyakinan ini dapat dikoreksi melalui respons disipliner, menunjukkan bahwa keyakinan bisa diperbaiki.

Ada banyak praktik yang dapat membantu pendidik untuk menerapkan disiplin positif yang efektif di kelas. Video-video berikut ini mewakili jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Video penerapan disiplin positif di jenjang pendidikan usia dini

https://youtu.be/ac4KW-KyAl4

Di bawah ini terdapat contoh kasus. Anda diharapkan belajar dari contoh kasus dan diskusikanlah dengan rekan Anda. 

Kisah Bu Mar dan muridnya

Saya memiliki seorang murid laki-laki di kelas saya yang seringkali keluar di saat jam pelajaran, ia biasanya berbohong dengan meminta izin ke kamar kecil padahal yang ia lakukan adalah pergi ke kantin sekolah atau bermain sepak bola dengan murid kelas lain. Di kelas, ia juga mengganggu temannya yang belajar. Saya terkadang merasa kesal dan juga putus asa menghadapinya. Segala cara hukuman sudah saya coba terapkan padanya tapi menghukumnya hanya akan membuat segalanya lebih buruk. 

Suatu ketika, saat ada rapat guru bulanan, salah seorang guru dari kelas lain menceritakan betapa murid ini sangat mahir bermain musik di salah satu acara dan ia juga mahir bermain bola hingga membawa timnya menjuarai beberapa kompetisi di kota tempat ia tinggal.  Dalam kelompok bermain musik, ia memimpin beberapa temannya yang tergabung dalam grup musik tersebut dan seringkali mendapat pekerjaan mengisi acara karena permainan musik mereka yang baik. Di sisi lain, dalam tim sepak bolanya, ia bisa menggerakkan teman-teman satu timnya dan bahkan memotivasi mereka hingga bisa meraih kemenangan di beberapa pertandingan. 

Saya terkejut mendengar hal ini, bagaimana mungkin ini murid yang sama dengan yang saya hadapi di kelas? Hal ini membuat saya berpikir kembali. Saya menyadari murid ini berbakat dan memiliki potensi kepemimpinan. Keesokan harinya, saat di kelas saya berkata, "Hai nak, Bapak tidak tahu  kalau kamu adalah musisi berbakat dan kapten sepak bola!". Muridku ini berseri-seri! Saya berikan dirinya kesempatan untuk mengemban tanggung jawab di kelas saya sebagai ketua kelas dan ia pun setuju untuk menjadi pemantau kelas selama satu semester. Di lain kesempatan, ia dipilih sebagai panitia dalam acara ulang tahun sekolah untuk mengoordinasi proyek setiap kelas - tentunya dengan bimbingan saya. Perubahan ini  luar biasa.


Dalam kolom di bawah ini, tuliskanlah hasil refleksi dan diskusi Anda dengan rekan CGP dalam kelompok Anda mengenai contoh kasus tersebut. 

  1. Apa yang direfleksikan Bu Mar di kasus tersebut saat tidak dapat membuat muridnya berubah?
  2. Sebutkan langkah-langkah pendekatan positif yang dilakukan oleh Bu Mar di akhir kasus?
  3. Apakah Anda memiliki pengalaman yang sama dengan Bu Mar dalam kasus tersebut? JIka Anda berada dalam posisi Bu Mar, adakah hal berbeda yang akan Anda lakukan? 


Komentar